CONTOH PROPOSAL PENELITIAN
PROPOSAL SKRIPSI
” ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap mampu
membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup Semakin
lama pola pikir konsumen berubah seiring perkembangan telepon, kini mulai
beralih menggunakan telepon seluler, sehingga perusahaan penyedia jasa layanan
telekomunikasi dapat mengambil peluang baru dari keinginan-keinginan dan
kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.
Pilihan-pilihan teknologi telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya
telepon seluler yang berbasis teknologi CDMA (Code Division Multiple Access)
yang beroperasi menggunakan lisensi telepon saluran tetap (fixed wireless)
memiliki tarif jauh lebih rendah (sama dengan tarif telepon tetap/ fixed line) dibanding
dengan tarif telepon seluler yang berbasis GSM. Teknologi CDMA juga menyediakan
kapasitas suara dan komunikasi data, memungkinkan lebih banyak pelanggan untuk
terhubungkan pada waktu bersamaan serta memungkinkan untuk tugas-tugas
multimedia. Teknologi CDMA mengkonsumsi tenaga listrik yang kecil sehingga
memungkinkan untuk memperpanjang daya tahan baterai dan waktu bicara dapat
lebih lama. Selain itu, rancangan teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari
upaya penyadapan. Melihat kondisi konsumen seperti itu, perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan kartu
Sim Card (isi dari telepon seluler) dengan jenis CDMA demi memuaskan konsumen.
PT. Telekomunikasi Tbk, atau yang biasa dikenal dengan sebutan TELKOM merupakan
perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar
di Indonesia. Produk dan layanan TELKOM menjadi dua yaitu produk dan layanan
untuk korporat dan produk dan layanan untuk personal. Produk dari TELKOM yang
berkaitan dengan CDMA adalah TELKOMFlexi (sering disebut Flexi). Flexi mulai
diperkenalkan pada bulan Desember 2002 dan secara komersial mulai diluncurkan
Mei 2003. Flexi beroperasi pada dua frekuensi yaitu 1,9 GHz untuk wilayah
Jakarta dan sekitarnya serta 800 MHz di daerah-daerah. Tantangan Flexi semakin
besar ketika perusahaan pesaing mulai memunculkan teknologi-teknologi terbaru
(misalnya 3G) dengan harga di bawah standart. Salah satu strategi yang
digunakan oleh perusahaan TELKOM untuk menawarkan produk FLEXY agar menarik
minat konsumen terhadap produk tersebut adalah melalui iklan. Seiring
pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting karena konsumen potensial
akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan beli. Fungsi iklan selain
sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000); menginformasikan suatu produk
atau jasa ataupun profit perusahaan dan sebagai media untuk mengingatkan
konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Iklan mempengaruhi minat beli
konsumen dalam tindakannya dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan
perusahaan. Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti yang terlihat dari
berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat eksposur iklan memberikan
image tersendiri bagi konsumen (Lutz : 1995). Perusahaan berharap konsumen
potensial akan berperilaku seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya.
Iklan yang di tayangkan media televisi membentuk pernyataan sikap konsumen yang
mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap terhadap iklan dipengaruhi
oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap terhadap iklan ini diawali cara
konsumen berfikir mengenai sebuah Iklan. Sikap terhadap iklan (afektif)
merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368)
mendefinisikan sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen untuk
menjawab dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu. Dalam penelitian
ini selain dipengaruhi secara langsung oleh sikap terhadap iklan, minat beli
konsumen dipengaruhi langsung oleh sikap terhadap merek. Pembentukan sikap
terhadap merek menurut Burke dan Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch (1986)
dipengaruhi secara langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan.
Sikap terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap
rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang
ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap terhadap merek yaitu merupakan
pernyataan mental Yang menilai positif atau negatif, bagus tidak bagus, suka
tidak suka suatu produk.
Dari latar belakang yang dikemukakan maka
penelitian ini mencoba untuk meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik
yang berkaitan dengan ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI
KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”. (Studi pada Masyarakat banjarmasin selatan).
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam
penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model
berpengaruh pada sikap terhadap merek?
3. Apakah persepsi terhadap sumber/model
berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
4. Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
5. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh persepsi
produk/pesan terhadap sikap terhadap merek.
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi
terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap merek.
3. Untuk menganalisis pengaruh persepsi
terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap iklan.
4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi
terhadap iklan terhadap sikap terhadap iklan.
5. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap
iklan terhadap sikap terhadap merek.
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli.
7. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap minat beli.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi citra produk
FLEXY melalui persepsi produk, persepsi terhadap sumber, persepsi terhadap
iklan, sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan.
2. Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian
berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- A. Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang
harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk itu perusahaan
perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan
tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10).
Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman
mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what)
yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli
dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang dan jasa-jasa
dibeli.
Perilaku
Konsumen
perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10) menerangkan bahwa
keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik
konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk,
harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses
keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan
pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah
pembelian.
Persepsi Konsumen
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir
stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah
rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat
mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael (1995) dalam Sodik (2003)
menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri
terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk
melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang
diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara
pejualan).
Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang
selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan
lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Hal ini disebabkan
karena strategi pemasaran menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu :
pemilihan pasar-pasar yang akan dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan
menyusun suatu kombinasi yang dapat tepat dari bauran pemasaran, agar kebutuhan
para konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.
Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari
seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Rangsangan
tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik
pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
B. Periklanan
1. Definisi Periklanan
Periklanan
pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap
itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus
jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan
tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute
praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996: 5) adalah: Periklanan
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada
(calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu
dengan dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan
periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian
non-personal dan promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang
memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus
selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian
membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut
lima M ( kotler 1997: 236) Sebagai berikut:
a) Mission (misi)
b) Money (uang)
c) Message (pesan)
d) Media (media)
e) Measuremen (pengukuran)
2. Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan menurut kotler (1997: 236) sebagai berikut:
a) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”informasi”. Biasanya dilakukan secara
besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk
permintaan pertama.
b) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif”
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk
permintaan selektif untuk suatu merk tertentu.
c) Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat”
Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan
yang berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement
advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwamereka telah
melakukan pilihan yang benar.
3. Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan tujuan periklanan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan
anggaran periklanan untuk setiap produk.
4. Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan
adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering
disebut ”kreatif”, pesan atau isi iklan disebut ”pekerjaan kreatif ”. Iklan
meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta
memerlukan kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan
antara satu iklan dengan iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu
sendiri itulah arti komunikasi.
5. Pemilihan
Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam
iklan dapat efektif mencapai dan diterima konsumen sasaran.
C. Persepsi
1. Pengertian
Persepsi
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir
stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah
rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat
mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung
pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang
dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa
lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk
suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam
perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit
pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan
interpretasinya. Dan juga persepsi ini juga
ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi
dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan
membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan
membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap
ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli
suatu produk atau tidak.
2. Persepsi Produk/pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi.
Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support
argument) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch,
1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan
pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan
terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga indikasi bahwa pemrosesan
informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang
mendukung ( support argument ). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan
bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan
komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan
untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar
kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan
dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Persepsi
mengenai pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan
penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yangakan
mempengaruhi minat beli secara tidak langsung.
3. Persepsi
Sumber/Model Iklan
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang
mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan
sumber/model atau persepsi negatif terhadap model. Hal ini akan mendorong
penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat
bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang
menerima apa yang model katakan.
4. Persepsi Terhadap
Iklan
Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat
iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan
secara langsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan.
Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek
gambar, warna dan intonasi suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap
iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena
efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung.
D. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan
dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep
yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Definisi
sikap menurut Allport dalam setiadi (2003) adalah suatu mental dan syaraf
sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
2. Sikap terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan : sikap
terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael
(2001: 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut”Attitude toward
the ad is the consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to
a particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan
adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan tertentu. Respon
kognitif yang positif (support arguments dan source bolstering)umumnya akan
menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang
negative (counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap
negatif. Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam
afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka,
menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informatif. Mowen
dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa konsumen mengembangkan sikap terhadap
iklan seperti terhadap merek, dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap
mereka terhadap merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara
umum atas rangsangan iklan tertentu.
3. Sikap
terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001: 282) adalah kecenderungan yang
dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung
(positif) atau tidak mendukung (negatif) secara konsisten. Evaluasi konsumen
terhadap merek tertentu ini di mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus.
Sikap terhadap merek didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah
tertanam dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen sikap
ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen sikap ini juga
terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk, yaitu Assael (2001: 283):
a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan terhadap suatu merek adalah
multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang dipersepsikan oleh
konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan
pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang
konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
- Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano &
Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor
yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap
iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan.
Terdapat
sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement)
tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari
iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap
terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi
minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
- Kerangka Pikir
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 :
Persepsi produk/pesan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H2 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap
terhadap merek.
H3 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap
terhadap iklan.
H4 : Persepsi terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap
iklan.
H5 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap
merek.
H6 : Sikap terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
H7 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
Target
populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan
Banjarmasin Selatan yang pernah melihat iklan televisi dari produk FLEXY. Karena baik merek produk maupun iklan, produk yang diteliti dalam
penelitian ini sudah sering dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam
penlitian ini bahwa jumlah populasi terbatas.
3.2 Jenis Dan Sumber data Penelitian
3.2.1 Jenis
Data Yang Digunakan Adalah :
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau
perorangan langsung dari objeknya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh
dari jawaban responden yang disebar melalui responden.
- SumberData Yang Didapat Adalah :
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber
data adalah subjek dari data dapat diperoleh.
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah
sumber data penelitan yang langsung dikumpulkan dari tangan pertama atau sumber
asli dan diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara). Data ini
diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap
mewakili populasi (Djarwanto Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan
pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah
indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik
estimasi.
Dalam penelitian ini sampel
yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah
tersebut sudah melebihi jumlah sampel
minimal dalam penelitian (n=30).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan
kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004).
Yaitu semua masyarakat yang pernah melihat iklan FLEXY di media televisi dan
pernah menggunakannya.
3.4 Definisi Oprasioanal
a. Persepsi
Produk/Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang
dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen
yang mendukung (support argument)dan argumen yang menentang (counter argument)
(Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang
berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan
ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk.
Konsumen lain ada yang mendukung argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju
atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen yang menolak berhubungan
secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang disampaikan
maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa
pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan
argumen yang mendukung (support argument).
b. Persepsi
Terhadap Sumber/Model
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber
atau model yangmengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen
adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap model. Hal ini
akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen
berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen
kurang menerima apa yang model katakan. Persepsi terhadap sumber/model tidak
selalu negatif. Konsumen yang bereaksi baik terhadap sumber/ model iklan
menghasilkan persepsi yang baik atau mendukung model iklan. Pembuat iklan dapat
menyewa seorang pembicara atau model yang disukai oleh konsumen sasaran untuk
membawa efek atas pesan yang disampaikan.
c. Persepsi
Terhadap Iklan
Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor
iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara ( Belch dan
Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak
baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek
secara langsung. Selain dengan ukuran suka tidak suka, reaksi afektif konsumen
terhadap iklan, khususnya iklan komersial di televisi dapat diukur dengan
pernyataan terhadap gaya, ide, produksi, audio pembuatan suatu iklan(Mehta,
1994). Reaksi ini akan ditransformasikan pada sikap terhadap merek dan minat
beli konsumen.
d. Sikap
Terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001)
adalah kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek
dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) secara
konsisten. Variable ini diukur dengan menggunakan dimensi sikap terhadap merek
yaitu tentang pernyataan mental penerima pesan yang menilai positif atau
negative, bagus-tidak bagus, suka-tidak suka, berkualitas-tidak berkualitas
suatu produk (Assael, 2001 ).
e. Sikap Terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen
mengenai sebuah iklan: sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen
merasakan hal tersebut.. Assael (2001) mendefinisikan sikap terhadap iklan
sebagai berikut ”Attitude toward the ad is the consumer`s predisposition to
respond favorably or anfavorably to a particular ad”. artinya sikap terhadap
iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik
terhadap iklan tertentu.
f. Minat
Beli
Minat beli
merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat
kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66)
mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
- Uji validitas Dan Uji Reabilitas
a. Uji Validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam
kuesioner bertujuan mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mengukur
konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat. Butir-butir
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis
dari variabel yang digunakan dalam penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan
bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator konstruk terbukti
memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut
merupakan alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan
konsep teoritis (Cooper dan Schindler, 2006: 318). Dikarenakan syarat untuk
dapat menganalisis model dengan SEM, indikator masing-masing konstruk harus
memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur maka
dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah
Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12,
dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading yang lebih dari
0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam CFA kita juga harus melihat pada output
dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secarasempurna. Jika
masing-masing item pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses
pengujian validitas dengan Factor analisys harus diulang dengan cara
menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.
b. Uji
Reliabilitas
Uji
reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang
baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Cronbach Alpha denga bantuan SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang
dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable, apabila nilai Cronbach
Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi
tinjatan reliabilitas dengan criteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
- Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan Structural Eqation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik
multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis fktor
untuk mengstimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et
al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi
4 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.7 Uji Analisis
Dalam
analisis ini SEM, tidak ada uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis
mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan
untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang
disajikan. Fit index yang digunakan meliputi :
a. Chi
Square
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan
menguji apakah sebuah model yang sesuai dengan data. Chi Square sangat bersifat
sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Oleh
karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya.
nilaiChi-squares merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali
dan Fuad, 2005: 29).
b. Goodness
Of Fit Indeks (GFI)
Indeks yang
mnggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari
residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya.
Nilai GFI ≥ 0,90 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.
c. Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA)
RMSEA
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi ssquare
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk
menerima kesesuaian sebuah model (Gozali dan Fuad, 2005: 24).
d. Adjusted
Goodness Fit Of Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness
Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom
(Ghozali dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi berganda. Nilai
yang direkomendasikan adalah AFGI ≥ 0,90, semakin besar nilai AFGI maka semakin
baik kesesuaian yang dimiliki model.
e. Tucker
Lewis Index (TLI)
TLI
merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji
dengan baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul
akibat kompleksitas model (Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI
merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
f. Normed
Fit Index (NFI) Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang
direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.
g.
Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah
dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model
memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk
dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan
kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan
adalah CFI ≥ 0,90 (Ghozali dan Fuad, 2005: 34)
h. Normed
Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF
adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of
freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur
hubungan goodness of fit model dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang
diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk
menerima adalah CMIN/DF <>
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen pemasaran, dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
· Cooper, Donal R and Schindler, Pamela S, 2003,
business research methods, the. MC Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
· Kotler Philip, 2000, manajemen pemasaran edisi
millennium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
· Swee Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000,
Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
· Lamb, Hair Mc,
Daniel, 2001 Manajemen pemasaran, erlangga, Jakarta
Sumber :http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2012/06/contoh-proposal-ekonomi.html
http://arie-dwiputra.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar